Bismillah.
Saudaraku yang dirahmati Allah, tidaklah samar bagi kita bahwa kebenaran Islam adalah sesuatu yang memberikan kabar gembira bagi pemeluknya berupa kebahagiaan dunia akhirat. Di sisi lain hal itu mengandung peringatan bagi mereka yang menyimpang dari petunjuk Allah; bahwa kelak kesengsaraan dan siksa neraka yang abadi akan menyertai hidup mereka di akhirat.
Hidayah Islam merupakan nikmat agung yang harus selalu kita sadari dan kita syukuri sepanjang waktu. Betapa banyak orang yang secara akademis memiliki kepandaian dan kecerdasan tetapi dalamhal aqidah dan keimanan mereka tidak berada di dalam jajaran pegikut nabi akhir zaman shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya, sebab hidayah itu memang tidak berbanding lurus dengan kecerdasan akademis seorang insan. Tidak sedikit orang yang memiliki gelar akademis tinggi tetapi tidak mengenal ar-Rahman; sehingga dia memberontak kepada hukum dan aturan Rabbul ‘alamin.
Kita hidup di masa kebenaran telah menjadi samar bagi banyak kalangan. Mereka yang berjuang menyebarkan aqidah tauhid justru diberi tuduhan dan gelaran buruk agar dijauhi oleh umat dan dibenci oleh aparat. Aqidah tauhid yang murni dan membuahkan sikap komitmen di atas sunnah dan menetapi aljama’ah. Tidak jarang celaan dan fitnah ditujukan kepada para da’i ilallah dengan sebutan wahhabi, kaum yang intoleran, kelompok radikal dan lain sebagainya.
Sejarah kembali terulang. Ketika dahulu para nabi dan rasul berdakwah tauhid dan dijuluki sebagai tukang sihir sekaligus pendusta, maka pada hari-hari ini ketika para penyeru kesesatan dan kerusakan berteriak menjunjung tinggi toleransi dan Hak Asasi Manusia tetapi di saat yang sama mereka mengekang dan menghambat amar ma’ruf dan nahi mungkar dengan kedok menjaga kerukunan dan menjaga perasaan sesama umat beragama. Subhanallah…
Sehingga para penyeru kebenaran dianggap sebagai musuh bangsa, diperlakukan laksana durjana dan ditekan gerak langkah mereka. Allahu akbar! Tidaklah ini kecuali semakin mennambah semangat para pemuda dan pejuang iman untuk terus melangkah dan menimba ilmu serta menyebarkan hidayah Islam ini ke segenap penjuru. Allah akan menyempurnakan cahaya agama-Nya walaupun orang-orang kafir tidak suka dan tidak ridha… Hasbunallahu wa ni’mal wakiil…
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhu)
Lezatnya iman adalah manisnya ketaatan dan nikmatnya amal salih bagi kaum beriman. Karena iman ini menyimpan kesejukan dan lezatnya penghambaan kepada ar-Rahman. Kesejukan yang dibalut oleh rasa takut dan harap, serta digerakkan oleh rasa cinta dan ketundukan sepenuhnya kepada Allah. Kesejukan yang dibangun dengan pondasi ilmu dan keyakinan, kenikmatan yang membuahkan akhlak mulia dan sikap zuhud kepada dunia; tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia dan tidak hanyut oleh gelombang fitnah yang merebak kemana-mana, wallahul musta’aan.
Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) niscaya Allah akan mudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Memang jalan menuju kebahagiaan sejati itu kerapkali diselimuti oleh penatnya ujian dan terpaan godaan, maka orang yang sabar dengan agama ini seperti orang yang memegang bara api.
Hidayah itu akan anda temukan dengan ketekunan dan ketulusan. Karena Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Orang yang berjuang mencari kebenaran dengan ikhlas niscaya Allah akan bantu dia untuk menempuh jalan-jalan keselamatan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami benar-benar Kami akan berikan petunjuk kepada mereka jalan-jalan menuju keridhaan Kami.” (al-‘Ankabut)
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan faidah dari ayat ini; bahwa Allah mengaitkan antara hidayah dengan jihad/kesungguhan. Barangsiapa yang semakin besar kesungguhannya dalam mencari dan memperjuangakan kebenaran niscaya petunjuk yang dia peroleh pun semakin besar, ini merupakan balasan dan keadilan Allah atas amal perbuatan hamba. sebagaimaan dikatakan oleh para ulama bahwa al jazaa’u min jinsil ‘amali; balasan itu diberikan serupa dengan jenis perbuatan.
Pada hari ini kita berhadapan dengan medan pertempuran melawan fitnah syubhat dan syahwat dari segala penjuru. Bekal dan perisai untuk melindungi jiwa dan hati kita adalah iman dan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Nikmat hidayah di masa ini sangat-sangat berharga untuk kita jaga. Lebih berharga daripada emas dan perak, batubara, minyak bumi ataupun air dan udara. Karena tercabutnya hidayah adalah pertanda kebinasaan dan kehancuran hakikat penghambaan kita di hadapan Allah. Padahal Allah telah perintahkan kita untuk tunduk mengabdi kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)
Apa yang hendak anda banggakan dengan kemajuan teknologi, melimpahnya kekayaan alam, tumpukan harta dan segala perhiasan dunia; apabila nilai-nilai hidayah dan ketakwaan sudah tidak lagi tertanam dalam hati sanubari dan lenyap dari perilaku serta akal perasaan kita?!
Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk berada di atas jalan yang lurus hingga ajal tiba.